teks berjalan

Selamat datang di website resmi Dunia Edu Indonesia yang dibuat oleh Faizudin

بسم الله الرحمن الر حيم "Ketika saya tiba pada titik akhir itu, yakni detik terakhir Tuhan memanggilku, dan saya meninggalkan dunia yang sangat sederhana ini, pada saat itu, akankah Tuhan menemukan diriku tengah mengerjakan yang terbaik(kebaikan)?

Thursday 25 September 2014

OI TPA, Inovasi Sistem Pertanian Berkelanjutan yang Berpotensi Baik

PENERAPAN SISTEM (OI TPA) ONE ISLAND THREE PRODUCTS AGRICULTURE SEBAGAI SOLUSI KETAHANAN PANGAN MENUJU INDONESIA MANDIRI

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan 4 pulau utama, yaitu Pulau Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua. Menurut data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak 237.641.326 jiwa dengan jumlah hasil komoditi pengan pada tahun 2012 sebanyak 186.000.373 ton. Jumlah produksi pangan ini tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, oleh karena itu pemerintah Indonesia melakukan kebijakan impor komoditi pertanian subsektor tanaman pangan sebanyak 14.440.736,595 ton dengan menghabiskan uang negara sebanyak US$ 6.306.747.975. Ini adalah angka yang sangat memprihatinkan melihat geografis negara Indonesia yang berpotensi tinggi dalam sektor pertanian. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka Indonesia akan menjadi negara konsumtif dan ketergantungan pada negara lain dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu dilakukan terobosan dan kebijakan baru dalam sektor pertanian.
One island three products agriculture (OI TPA) merupakan solusi terhadap permasalahan pertanian yang terjadi di Indonesia dengan memanfaatkan lingkungan alam yang beragam tiap daerah. Prinsip dari OI TPA adalah menerapkan sistem satu pulau tiga produk pertanian unggulan di daerahnya, yaitu pada produk tanaman pangan, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan. Kebijakan ini diterapkan pada tiap pulau dan dilakukan pembudidayaan secara insitu dan eksitu pada tiga produk tersebut. Sehingga hasil yang didapatkan akan maksimal dengan jumlah yang banyak. Salah satu contohnya adalah Pulau Jawa. Lahan persawahan padi di Jawa adalah salah satu yang tersubur di dunia. Jawa adalah tempat pertama penanaman kopi di Indonesia, yaitu sejak tahun 1699. Kini, kopi arabika banyak ditanam di Dataran Tinggi Ijen baik oleh para petani kecil maupun oleh perkebunan-perkebunan besar. Melihat dari potensi tersebut, maka penanaman tanaman pangan jenis padi perlu dikembangkan secara maksimal di Pulau Jawa dengan jumlah area yang luas dan penelitian yang berkelanjutan, sehingga Pulau Jawa menjadi sentra tanaman padi yang mampu menyuplai kebutuhan padi di Indonesia.
Selain tanaman pangan, tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan pun harus dikembangkan secara maksimal sesuai dengan potensi yang ada di setiap pulau. Pada tahun 2012 Indonesia telah mengimpor komoditi utama subsektor hortikultura lebih dari 2 juta ton atau lebih tepatnya 2.138.854,213 ton dengan menghabiskan anggaran negara sebesar US$ 1.812.980.278 dan tanaman perkebunan sebanyak 1.571.363,248 ton dengan anggaran US$ 3.111.804.609. Oleh sebab itu sistem OI TPA perlu diterapkan secara tegas pada setiap pulau di Indonesia agar pertanian pada komodoti utama subsektor pangan, hortikultura, dan perkebunan dapat terpenuhi secara menyeluruh dan berkelanjutan. Sehingga tidak hanya ketahanan pangan, melainkan kemandirian dan swasembada pertanian yang dilakukan Indonesia di kemudian kelak. Sistem ini merujuk pada gerakan pertanian yang dicanangkan oleh pemerintah dan beberapa institusi penelitian di Jepang, yang diberi nama program one village one product (OVOP) movement. Program itu pertama kali digalakan di Oita Prefecture dimana ada suatu jeruk limau yang diolah menjadi liquor, minuman yang disebut kobasu. Masing-masing provinsi akhirnya mencoba untuk meng-upgrade pangan lokalnya, lewat inovasi dan juga usaha menegah/mikro dimasing-masing daerah, yang juga dikaitkan dengan pariwisata. Gerakan tersebut perlu diterapkan di Indonesia dengan merujuk pada sektor pertanian yang masih dianggap lemah atau belum mandiri. Sehingga terwujudnya Indonesia mandiri pertanian.

Ditulis oleh:
Faizudin
(Mahasiswa Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)

Sumber:
Ricklefs, M.C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300 (2nd edition). London: MacMillan. hlm. 15. ISBN 0-333-57690-X.

No comments:

Post a Comment

Silahkan Komentar Disini!